Forum Galuh
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Forum Galuh

Forum terbaik untuk putra-putri Ciamis

Untuk GUEST silakan daftar untuk bisa mengakses forum. Bagi anggota baru, tolong baca PERATURAN UMUM dan TIPS & TRIK. Untuk anggota lama, tolong perbaharui AVATAR dan SIGNATURE-nya pada PROFIL Anda dan KEEP POSTING !!!
Fitur baru Forum Galuh : (1) Fasilitas Chat yang ada di bagian bawah. Pastikan untuk mengklik login untuk bisa ikut chatting dengan yang sedang online. (2) Adanya portal di tab atas dan pada saat pertama kali membuka forum. Di sini kita bisa melihat komentar terakhir dan forum2 yang sedang aktif.

You are not connected. Please login or register

Upacara Pernikahan Adat Sunda

2 posters

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

1Upacara Pernikahan Adat Sunda Empty Upacara Pernikahan Adat Sunda 2010-11-01, 08:59

kusniar

kusniar
Sersan Dua
Sersan Dua

PRA PERNIKAHAN

Neundeun Omong


Dalam pelaksanaannya, neunden omong adalah sebagai berikut:


  • Pihak orangtua laki2 bertamu ke besannya. Sambil diselingi banyolan, pertanyaan menjurus kepada status si anak perempuan, apakah sudah ada yang melamar atau tidak.
  • Pihak orangtua perempuan juga menjawabnya dengan banyolan penuh siloka.
  • Walaupun para orangtua sudah setuju, zaman dulu kadang si anak tidak tahu tentang hal ini.
  • Di beberapa daerah biasanya dengan cara mengirim barang tertentu ke orangtua si anak perempuan, jika setuju mereka akan membalas kiriman dengan benih labu siam (waluh siem). Dengan demikian si anak perempuan sudah diteundeun omong.

Narosan (Ngalamar/Nyeureuhan)


Pertemuan kedua kalinya ini disebut ngalamar. Nama ini diambil dari nama barang yang dibawa pada waktu itu, yaitu lemareun, terdiri dari sirih, apu dan gambir. Selain itu, biasanya orangtua anak laki2 biasanya membawa :

  • pakaian perempuan
  • cincing meneng
  • beubeur tameuh (ikat pinggang yang suka dipakai perempuan, terutama sesudah melahirkan)
  • uang yang jumlahnya 1/10 dari jumlah yang akan dibawa pada saat seserahan.
Makna dari barang2 yang dibawa tersebut adalah :


  • sirih dibentuk segitiga meruncing, rasanya pedas. Gambir rasanya pahit dan kesat. Apu rasanya pahit. Tetapi jika disatukan rasanya enak, menyehatkan badan dan mencegah bau mulut. Hal ini bermakna bahwa dalam kehidupan tidak selalu mulus, kadang ada pahit dan kesusahan.
  • pakaian perempuan mengandung makna sebagai tanda mulainya tanggung jawab laki2 terhadap perempuan.
  • cincing meneng, yaitu cincin yang tidak ada sambungannya berarti kasih sayang yang tidak pernah terputus.
  • beubeur tameuh artinya adanya ikatan lahir batin antara kedua belah pihak.

Nyandakeun atau Seserahan

Bertamu yang ketiga kalinya yaitu upacara seserahan/nyandakeun, menyerahkan calon pengantin laki2 kepada pihak calon pengantin perempuan beserta barang2 untuk keperluan resepsi pernikahan. Jumlah uang yang dibawa adalah 10x dari uang yang dibawa pada saat melamar. Zaman sekarang prosesi seserahan biasanya dilakukan sebelum akad nikah dilaksanakan.

Ngecagkeun Aisan (Ngaras)

Upacara ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum resepsi pernikahan dan dilaksanakan di rumah calon pengantin perempuan. Upacara ini dilaksanakan sebagai simbol lepasnya tanggung jawab kedua orangtua calon pengantin.
Barang-barang yang digunakan diantaranya adalah :

  1. Palika/pelita atau menggunakan lilin yang berjumlah tujuh buah. Hal ini mengandung makna yaitu rukun iman dan jumlah hari dalam seminggu.
  2. Kain putih, mengandung makna niat suci.
  3. Bunga tujuh rupa, yang artinya perilaku kita selama tujuh hari dalam seminggu harus wangi (baik).
  4. Bunga hanjuang, artinya kedua calon mempelai akan memasuki alam baru yaitu rumah tangga.
Adapun langkah2 upacaranya adalah sebagai berikut :

  1. Orangtua calon pengantin perempuan keluar kamar sambil membawa pelita/palika yang sudah menyala.
  2. Kemudian diikuti oleh calon pengantin perempuan sambil dililit (diais) oleh ibunya.
  3. Setelah sampai di tengah rumah, kedua pengantin perempuan duduk di kursi yang telah disediakan.
  4. Untuk menambah kekhidmatan upacara biasanya diiringi kecapi suling dengan lagu ayun ambing.

Ngaras
Upacara ngaras artinya membasuh telapak kaki kedua orangtua sebagai tanda berbakti kepada mereka. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

  1. Calon pengantin perempuan bersujud di pangkuan orangtuanya sambil berkata : "Ema, Bapa, disuhunkeun wening galihna, jembar manah ti salira. Kersa ngahapunten kana sugrining kalepatan sim abdi. Rehing dina dinten enjing pisan sim abdi seja nohonan sunah rosul. Hapunten Ema, hapunten Bapa, hibar pangdu'a ti salira."
  2. Orangtua perempuan menjawab sambil mengelus kepala anaknya : "Anaking, titipan Gusti Yang Widi ! Ulah salempang hariwang, hidep sieun teu tinemu bagja ti Ema sareng Bapa mah, pidu'ana sareng pangampura, dadas keur hide sorangan geulis!
  3. Selanjutnya kedua orangtua membawa anak perempuannya ke tempat upacara siraman.

Siraman

Upacara siraman artinya memandikan calon pengantin perempuan dengan bunga tujuh rupa (kembang setaman). Maksud dari upacara ini sebagai simbol bahwa untuk menuju mahligai rumah tangga yang suci harus diawali dengan tubuh dan niat yang suci pula.
Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


  • Membacakan do'a.
  • Orangtua laki2 dari pengantin perempuan menyiramkan air dari mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki. Lalu diteruskan oleh ibunya dan kerabat lainnya dengan jumlah tujuh orang dan harus sudah menikah.
  • Pada siraman terakhir biasanya sambil melafalkan jangjawokan (mantra2) sebagai berikut :
Cai suci cai hirup
Cai suci cai rahmat
Hayu diri urang mandi
Nya mandi jeung para Nabi
Nya siram jeung para malaikat
Kokosok badan rohani
Cur mancur cahayaning Allah
Cur mancur cahayaning ingsun
Cai suci badan suka
Mulih badan sampurna
Sampurna ku paraniama

Ngerik

Rangkaian upacara selanjutnya adalah ngerik atau ngeningan, yaitu mengerik bulu2 di sekitar wajah agar hasil riasannya baik. Mantra ketika upacara ngerik adalah :
Peso putih ninggang kana kulit putih
Cep tiis taya rasana
Mangka mumupung mangka melung
Maka eunteup maka sieup
Mangka meleng mangka awaking

Ngeuyeuk Seureuh

Kata ngeuyeuk berasal dari kata “ngaheuyeuk” yang berarti mengurus atau mengolah. Yaitu, mengurus lembaran-lembaran daun sirih disusun kedua lembar perut daun sirih (beuteung seureuh) disatukan selanjutnya diikat menggunakan tali dari benang (kanteh). Acara nyeuyeuk seureuh biasanya dihadiri oleh kedua calon pengantin beserta dengan keluarganya, yang dilaksanakan pada malam hari sebelum acara akad nikah di kediaman calon pengantin perempuan. Perlengkapan upacara ngeuyeuk suereuh ditaruh diatas selembar tikar pandan, kemudian ditutup memakai kain putih (kain mori). Pemandu acara kemudian memanggil orang-orang yang akan melaksanakan (membantu) upacara ngeuyeuk seureuh yang berjumlah tujuh orang. Kenapa tujuh? Karena angka tujuh dianggap keramat (sebagaimana dalam islam, angka tujuh mewakili 7 ayat dalam Surat Al-Fatihah).

Yang menyaksikan upacara ngeuyeuk seureuh umumnya kaum perempuan. Untuk membedakan antara pelaksana upacara dengan penonton biasanya menggunakan “benang putih”. Anak gadis atau jejaka dilarang menyaksikan upacara ini, karena dipercaya akan “sulit mendapatkan jodoh”.
Tata cara melaksanakan upacara ngeuyeuk seureuh :


  • Pangeuyeuk” (tetua yang dipercaya atau pemandu acara) memberikan tujuh helai benang kanteh sepanjang dua jengkal kepada kedua calon pengantin untuk dipegang oleh masing masing pada tiap ujungnya, sambil duduk menghadap orangtua untuk meminta doa restu.
  • Setelah itu pangeuyeuk membawakan kidung berupa doa–doa kepada Tuhan YME sambil menaburkan beras kepada kedua calon pengantin, dengan maksud agar keduanya kelak hidup sejahtera.
  • Kemudian kedua calon pengantin “dikeprak” (dipukul pelan pelan) dengan sapu lidi, diiringi nasihat bahwa hidup berumah tangga kelak harus dapat memupuk kasih sayang antara keduanya.
  • Selanjutnya membuka kain putih penutup “pangeyeukan“ yang berarti bahwa rumah tangga yang kelak akan dibina itu masih putih bersih dan hendaknya jangan sampai ternoda.
  • Kedua calon pengantin mengangkat dua perangkat busana diatas sarung “polekat“ dan dibawa ke kamar pengantin untuk disimpan.
  • Membelah mayang dan jambe (pinang), calon pengantin laki-laki membelah kembang mayang dengan hati-hati agar tidak rusak atau patah, melambangkan bahwa suami harus memperlakukan istrinya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
  • Selanjutnya kedua pengantin dipersilahkan menumbuk “halu“ (alu) di dalam “lumpang“dengan cara keduanya duduk berhadapan, yang laki-laki memegang alu dan perempuan memegang lumpang.
  • Membuat “lungkun” (gulungan daun sirih bertangkai yang telah dibubuhi apu dan gambir), dua lembar berhadapan digulung menjadi satu dengan bentuk memanjang, lalu diikat dengan benang kanteh . Hal ini dilakukan oleh kedua calon pengantin, orangtua serta para tamu yang hadir disitu melambangkan kerukunan. Kemudian sisa sirih dan tujuh buah tempat sirih yang telah diisi lengkap berikut padi, labu dan kelapa dibagikan kepada orang orang yang hadir disitu. Hal ini melambangkan bila di kemudian hari keduanya mendapat rejeki berlebih, hendaknya selalu ingat untuk berbagi dengan keluarga atau handai taulan yang kurang mampu.
  • Dipimpin oleh pangeuyeuk dengan aba-aba, kedua pengantin berebut mencari uang, beras, kunyit dan permen yang di tebar di bawah tikar. Artinya suami dan istri harus bersama sama dalam mencari rejeki dalam rumah tangga.
  • Kedua calon pengantin membuang bekas pangeuyeuk seureuh, biasanya dilakukan di simpang empat terdekat dari kediaman calon pengantin perempuan. Tradisi ini mengandung makna bahwa dalam memulai kehidupan yang baru, hendaknya membuang semua keburukan masa lalu dan menghindari kesalahan di masa datang.


UPACARA PERNIKAHAN

Pada hari yang telah ditetepkan dan disepakati oleh kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga calon pengantin laki-laki datang ke kediaman calon pengantin perempuan. Selain membawa mas kawin, biasanya juga membawa barang-barang seperti peralatan dapur, perabotan kamar tidur, kayu bakar, gentong atau gerabah untuk menyimpan beras.
Bagi calon pengantin yang beragama Islam, susunan acara upacara akad nikah, biasanya seperti berikut ini :

1. Pembukaan

  • Penjemputan calon pengantin laki-laki oleh pihak calon pengantin perempuan. Upacara ini disebut mapag (menjemput)
  • Mengalungkan untaian bunga melati
  • Gunting pita
2. Penyerahan calon pengantin laki-laki

  • Yang mewakili pemasrahan calon penganti laki-laki biasanya diwakilkan kepada orang yang dituakan (ahli berpidato)
  • Yang menerima dari perwakilan calon pengantin perempuan juga biasanya diwakilkan.
3. Akad Nikah / Ijab Qobul Kedua pengantin diserahkan kepada petugas dari KUA.
4. Menyerahkan mas kawin (mahar).
5. Pengantin perempuan mencium tangan pasangannya.
6. Sungkeman kedua pengantin kepada kedua orangtua dan sesepuh keluarga mereka.


UPACARA SETELAH PERNIKAHAN

Setelah melaksanakan akad nikah kedua pengantin masih harus melakukan serangkaian upacara adat yang disebut bantayan. Orang yang memimpin upacara ini harus orang yang mempunyai watak humor. Adapun acara adat yang dilakukan pada upacara bantayan adalah sebagai berikut :

Sawer

Sawer merupakan upacara memberi nasihat kepada kedua pengantin yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Kata sawer berasal dari kata panyaweran yang dalam bahasa Sunda berarti tempat jatuhnya air dari atap rumah atau ujung genting bagian bawah. Kata sawer ini diambil dari tempat berlangsungnya upacara adat tersebut yaitu di teras rumah tempat jatuhnya air dari genting.
Bahan-bahan yang diperlukan dan digunakan dalam upacara sawer ini mempunyai arti dan maksud yang hendak disampaikan kepada pengantin baru, seperti :

  • Beras, yang mengandung arti kemakmuran. Makna di dalamnya adalah semoga setelah berumah tangga, pengantin bisa hidup makmur.
  • Uang recehan, yang juga mengandung arti kemakmuran. Makna di dalamnya adalah apabila mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan kita harus ikhlas berbagi dengan fakir, miskin dan yatim.
  • Kembang gula, dapat diartikan semoga dalam berumah tangga mendapatkan manisnya kehidupan berkeluarga.
  • Kunyit, diartikan sebagai kejayaan. Makna di dalamnya adalah semoga dalam hidup berumah tangga bisa meraih kejayaan.
Semua bahan dan kelengkapan itu dimasukkan dalam satu bokor. Kemudian dilemparkan oleh orangtua pengantin (biasanya oleh ibu masing-masing pengantin) kearah pengantin yang duduk berdampingan dan menghadap arah rumah kediaman pengantin perempuan dengan diiringi kidung sawer. Hadirin yang mengikuti upacara sawer ini boleh berebut untuk mendapatkan uang receh dan kembang gula. Hal ini melambangkan pengantin beserta keluarga berbagi rejeki dan kebahagiaan kepada sesama.
Pada jaman sekarang, tetua yang memimpin upacara sawer ini ada yang memodifikasinya dengan mengganti kunyit dan beras dengan kupon yang dapat ditukarkan dengan hadiah berbagai macam seperti handuk, kain, sarung dan berbagai peralatan rumah tangga. Hal ini dilakukan semata untuk menambah kemeriahan upacara.
Syair-syair yang dinyanyikan pada upacara adat sawer adalah sebagai berikut :

KIDUNG SAWER
Pangapunten kasadaya
Kanu sami araya
Rehna bade nyawer heula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Megatan ngahalang-halang
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuli a
Lampah ulah pasalia
Singalap hayang waluya
Upama pakiya-kiya
Ahirna matak pasea


Meuleum Harupat (membakar lidi )


Meuleum Harupat
diawali dengan kedua pengantin saling berhadapan. Pengantin laki-laki memegang batang harupat (lidi) yang menyala karena terbakar api, sementara pengantin perempuan memegang kendi berisi air. Harupat yang sudah menyala kemudian dimasukan ke dalam kendi yang dipegang oleh pengantin perempuan, lalu diangkat kembali setelah nyala apinya padam dan dipatahkan menjadi dua bagian, kemudian di buang jauh-jauh ke belakang tanpa harus menoleh.
Upacara ini memberikan nasihat kepada kedua pengantin untuk senantiasa bersama dalam memecahkan persoalan dalam rumah tangga. Fungsi istri yang memegang kendi berisi air adalah untuk mendinginkan setiap persoalan yang membuat pikiran dan suasana hati suami tidak nyaman.

Nincak Endog (menginjak telur)

Pengantin laki-laki menginjak telur di baik papan dan elekan (batang bambu muda), kemudian pengantin perempuan mencuci kaki pengantin laki-laki dengan air di kendi, mengelapnya sampai kering lalu kendi dipecahkan berdua. Upacara ini melambangkan pengabdian istri kepada suami dimulai dari hari itu.

Buka Pintu

Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan..Dialog pengantin perempuan dengan pengantin laki-laki seperti berikut ini :

KENTAR BAYUBUD


Istri :
Saha eta anu kumawani
Taya tata taya bemakrama
Ketrak- ketrok kana panto

Suami :
Geuning bet jadi kitu
Api-api kawas nu pangling
Apan ieu teh engkang
Hayang geura tepung
Tambah teu kuat ku era
Da diluar seueur tamu nu ningali

Istri :
Euleuh karah panutan

Huap lingkung

Setelah buka pintu dilaksanakan kedua pengantin dipertemukan, dan dibawa ke kamar pengantin untuk melaksanakan upacara huap lingkung.Perlengkapan yang harus disediakan seperti : sepasang merpati, bekakak ayam,nasi kuning, dll.

Ngaleupaskeun Japati (melepas merpati)
Ibunda kedua pengantin berjalan menuju halaman rumah, masing-masing membawa burung merpati yang kemudian dilepaskan di halaman.
Upacara ini melambangkan bahwa peran orangtua sudah berakhir hari itu karena kedua anak mereka dianggap telah mandiri dan siap mengarungi bahtera rumah tangga.

Huap Lingkung
Sebelum upacara ini dimulai, telah disediakan tujuh bulatan nasi punar (nasi ketan kuning) di atas piring. Piring berisi bulatan nasi punar itu ditaruh di atas meja setinggi lutut (meja tamu) beserta cangkir berisi air putih untuk minum, sementara kedua pengantin duduk bersanding di hadapannya.



  • Pasangan pengantin disuapi oleh kedua orangtua masing-masing pengantin. Dimulai oleh kedua ibunda yang dilanjutkan oleh kedua ayahanda.
  • Kedua pengantin saling menyuapi melalui bahu masing-masing dengan cara melingkarkan satu tangan ke bahu pasangannya (merangkul). Satu bulatan (nasi punar) terakhir diperebutkan keduanya dan dibelah dua, lalu disuapkan kepada pasangan.
Upacara ini melambangkan suapan terakhir dari orangtua karena setelah ini anak mereka telah berkeluarga dan harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka. Di samping itu, juga melambangkan bahwa kasih sayang kedua orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya.

Pabetot Bakakak

Setelah huap lingkung dilaksanakan, keduanya duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian pemandu acara memberi aba–aba, kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam tersebut hinggak terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus membagi dengan pasangannya dengan cara digigit bersama.
Melambangkan bahwa berapapun rejeki yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama.



*dari beberapa sumber

agussetiawan

agussetiawan
Kopral Kepala
Kopral Kepala

hmmm adat sunda nya Upacara Pernikahan Adat Sunda 437828 Upacara Pernikahan Adat Sunda 21115

http://agoessetiawan.blogdetik.com

kusniar

kusniar
Sersan Dua
Sersan Dua

coba adat jawa posting gus. pengen tau juga. Eh kamu keur ol kan?

Login chat, ada di bawah. login. abi keur ol oge

agussetiawan

agussetiawan
Kopral Kepala
Kopral Kepala

udah kemarin kan kita chat boy Upacara Pernikahan Adat Sunda 148507

http://agoessetiawan.blogdetik.com

kusniar

kusniar
Sersan Dua
Sersan Dua

Okeh2 atuh. Sing rajin OL & posting

Sponsored content



Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik